Home
     Contact
     Guestbook
     Science
     Sampuraga
     Pertemuan Pertama
     2. Ada Apa Dengan Bayangmu
     Counter Picture



Boru Batubara - Pertemuan Pertama


Mesin mobil Christina tiba-tiba mati karena ada kerusakan di mesin mobilnya. Itu yang mengakibatkan mobilnya berhenti di tengah jalan. Orang-orang di belakang mobilnya pada merepet menyaksikan mobil ini telah menghambat laju lalu lintas. Klakson-klakson mobil dari belakang saling berbunyi memekikkan telinga. Mesin memang berhenti secara tiba-tiba. Christina, gadis manis berasal dari Sumatera Utara inipun tidak menginginkan hal ini, tapi sudah demikianlah yang terjadi. Mukanya yang cantik memerah seketika. Tak tahu lagi apa yang harus dilakukan. Klakson mobil yang di belakangnya tak henti-hentinya bersorak menginginkan agar mobil Christina ini segera berjalan dari tempatnya, tapi apa mau dikata, Christina bukan seorang montir, Christina bukan seorang yang pandai menghidupkan mesin yang sudah rusak. Dia hanya melirik kaca spionnya dengan maksud ingin tahu bagaimana situasi di belakang mobilnya. Begitu ia melihat kepadatan yang sudah terjadi karenanya. Ia menstart mobilnya dengan kunci starter yang ia punya, tetapi mesin tak lagi dapat hidup. Dinamo start mobilnya menjerit-jerit ia paksa untuk memancing menghidupkan mobilnya, tapi semua sia-sia. Mobilnya telah rusak, sudah pasti ada kerusakan di dalam mesin kenderaannya. Terpikir di benaknya bagaimana ia harus mengatasi masalah ini. Mampukah ia menggeser mobilnya? Adakah nanti yang akan membantu mendorongnya? Maukah mobil yang di belakangnya membantunya? Adakah orang yang mau menolong memperbaiki mobilnya di tengah jalan raya yang ramai ini? Banyak pertanyaan berngiang di telinganya. Tanpa ada jawaban yang pasti dapat ia temukan, ia terus membuka pintu mobil dan keluar dari mobilnya. Suara klakson tiba-tiba terhenti seketika karena pemilik mobil yang rusak ternyata seorang gadis cantik berperawakan tinggi. Bajunya merah muda, rambutnya hanya sampai di leher, kulitnya putih membuat ia nampak cantik dengan combinasi warna kulitnya dengan warna baju yang ia pakai.

Begitu ia keluar  dari mobilnya, ia berdiri memandang ke arah belakang mobilnya dengan sangat berharap kalau pengemudi mobil yang di belakangnya mau membantunya untuk menghidupkan mobilnya atau setidaknya menggeser mobilnya  ke pinggir jalan.

Belum ada seorang pengemudi mobil yang yang di belakangnya yang datang membantunya, tiba-tiba seorang lelaki berbadan tegap sudah datang menghampirinya. Lelaki ini langsung mendekatinya sambil bertanya,, “Ada apa, Non? Ada yang bisa saya bantu?”.

Dengan hati yang mulai lega, rupanya Tuhan memberinya penolong dalam kesusahanya ini. Ia tiba-tiba tersenyum sambil menggatakan, “Mobil saya rusak. Anda bisa membantu saya?”.

“Kita dorong saja mobil Nona ke pinggir. Nanti akan saya coba perbaiki”. Lelaki ini memberi harapan padanya seraya menunjuk pinggiran jalan raya yang masih lapang untuk tempat parkir.

Ketika lelaki berbadan tegap ini membuka pintu mobilnya dan terus meluruskan stir mobil Christina, iapun terus menutup pintu kembali dan mulai mendorong mobil ini. Mobil bergerak perlahan-lahan. Pemilik-pemilik kenderaan yang ada di belakangnya terdiam saja di tempat duduknya masing-masing, tanpa ada yang mau membantu perempuan cantik ini. Laki-laki ini berada di samping pintu stir dan mendorong mobil wanita ini dengan sedaya mampu yang ia punya. Christinapun mencoba menolongnya dari arah belakang mobil. Ketika laki-laki ini melirik ke arah Christina, laki-laki ini terus berkata, “Tak usah ikut mendorong, Non. Saya juga bisa mendorongnya”.

“Gak apa, teman. Nggak memberatkat, kok”. Christina menjawabnya demikian, tapi ia telah mencoba untuk tidak mendorongnya lagi dengan sekerasnya. Ia hanya sebatas ikut saja mendorong mobil miliknya ini.

Ketika mobil mulai bergeser ke pinggir, mulailah mobil-mobil yang terhalang di arah belakang mereka berlewatan satu persatu. Sebagian penumpang mobil yang dibelakangnya ada yang memperhatikan kedua orang ini, sebagiannya berlalu saja tanpa perduli dengan apa yang telah terjadi pada Christina dan laki-laki ini.

Ketika mobil telah bisa dipinggirkan, Laki-laki yang menolong ini masih tarik nafas dulu karena merasa capek mendorong mobil ini sekuat tenaganya. Ia juga menggerak-gerakkan badannya karena mungkin merasa pegal dengan pinggangnya.

“Bagaimana tadi kejadiannya, Non? Mesinnya mati tiba-tiba?.

“Ya. Tadi mulanya merepet, kemudiam mesin mati. Begitu saja ceritanya teman. Oh ya. Boleh saya tahu nama anda? Saya merasa sungkan kalau tak tahu nama anda karena anda telah  menolong begini”

“Panggil saja saya Abdul. Nama saya Abdullah. Saya berasal dari Medan, sekarang bekerja di Mutiara Mobil. Kebetulan  saya di bidang tekhnisi”. Jawab Abdullah sambil melemparkan senyum pada Christina.

“Saya juga dari sana. Saya Christina, sudah sejak 2 tahun yang lalu meninggalkan kota Parapat”.

“Oh, ya. Christina bekerja di Jakarta ini?”

“Ya, saya kerja di Bank”.

“Cocok, ya kalau saya minjam duit ke tempatmu bekerja”.

Christina hanya tersenyum menjawab kalimat yang diucapkan Abdullah, sebab ia tahu bahwa laki-laki ini sedang berolok-olok.

“boleh saya periksa mesinnya?” Tanya Abdulah pada Christina.

“Oh. Silakan, silakan”. Jawab perempuan ini seraya memainkan tangannya pertanda mempersilakan dengan keizinannya.

Abdulah terus melangkah mengitari mobil Christian. Mobil Apanza berwarna perak. Abdullah membuka mobinya dan terus memeriksa apa yang rusak. Satu persatu yang perlu diperiksa, ia teliti dengan amat seksama.

“Abdullah periksa saja ya. Saya menelepon ke kantor dulu. Saya sudah terlambat sedikit. Nanti bapak pimpinan bisa marah kalau tak tahu alasan saya kenapa terlambat”.

“Oh, ya silakan”. Jawab Abdullah tanpa menoleh sedikitpun pada Christina. Perempuan ini terus mengambil ponselnya dan segera menghubungi seseorang. Ia kedengaran mengatakan bahwa mobilnya rusak di tengah jalan, tapi ia nampak berjanji juga akan datang, tapi tentu lebih dahulu mengurus mobilnya.

Begitu ia selesai menelepon, ia masih sempat berdiri hampir 10 menit. Ia memandangi Abdulah yang berbadan tegap. Tingginya kira-kira 170 Cm, memakai baju biru dan celana hitam. Rambutnya lurus dan berkulit kuning langsat. Christina berpikir di dalam hati, Laki-laki ini pasti seorang Muslim. Namanya saja Abdullah, pasti seorang Muslim. Untunglah laki-laki ini datang membantu, kalau tidak, bagaimana ia harus memanggil montir. Christina baru saja membeli mobil ini dua minggu yang lalu. Ia membelinya pada seseoranag sebagai barang second. Ia belum pernah mengalami kerusakan mobil seperti ini. Jadi tak tahu mau menelepon kemana. Paling kalau tidak ada Abdullah, ia akan menelepon salah satu temannya di tempat kostnya atau salah satu rekan kerjanya di bank. Semua ini belum pernah ia lakukan. Ia masih lebih bersukur bila pemuda Muslim ini datang menawarkan jasanya. Entah berapa nanti gajinya. Entah biayanya mahal atau murah, Christina belum berpengalaman tentang hal ini.

Di saat memandang Abdullah begitu lama, tiba-tiba Abdullah memalingkan wajahnya menatap Christina. Perempuan ini benar-benar malu karena kepergok telah menatapkanya begitu serius. Christina memang asyik memperhatikan laki-laki ini, sebab ia merasa laki-laki ini hadir dalam hidupnya sebagai seorang penolong. Ketika Abdullah memandangnya, ia terus menunduk. Abdullah mengatakan, “Christina coba hidupkan mobilnya, mungkin sudah bisa”.

Gadis ini terkejut, rupanya pembicaraan laki-laki ini merupakan sesuatu perintah. Ia bangkit dari keterkejutannya dan melangkah sambil melirik wajah Abdullah yang membuatnya sedikit malu. Christina benar-benar memikirkan Abdullah. Mata Abdullah benar-banar susah untuk dipandang. Christina meneruskan langkahnya menuju tempat stir dan mencoba menghidupkan mesin mobilnya.

Setelah dicoba, ternyata mesin telah berhasil dihidupkan. Wajah Christina yang dari tadi nampak cemas dan susah, sekarang mulai ternyum mendengar mesin mobilnya telah hidup kembali. Abdullah begitu puas memandang wajah Christina. Laki-laki ini juga menjadi sangat senang melihat kebagahagiaan Christina. Abdullah bahkan mengatakan, “Saya sangat merasa puas melihat wajahmu. Christina begitu senang nampaknya. Saya merasa sangat puas karenanya”.

“Ya, saya memang sangat merasa puas. Saya merasa seakan lepas dari masalah ini. Oh, ya. Saya belum terbiasa dengan masalah seperti ini. Saya belum pernah meminta memperbaiki mobil saya pada seorang montir, jadi saya tidak tahu mengenai biayanya. Karena itu saya lebih bagus bertanya tentang biayanya. Berapa saya harus membayar, Abdul? Boleh saya panggil Abdul, kan?”.

Abdul terus menutup kabin tempat mesinnya seraya mengatakan, “Tak usah, Tina. Saya membantu bukan untuk minta bayaran. Saya datang untuk menolong. Jangan merasa berhutang pada saya atas pertolongan saya. Saya hanya kebetulan lewat tadi”.

Christina menjadi sangat heran, kenapa ada laki-laki semacam ini di kota Jakarta ini. Kota yang sangat syarat dengan adanya uang yang banyak, sebab semua kebutuhan sangat mahal di Jakarta ini.

Di saat berpikir begitu, Abdullah merogoh sakunya, mengeluarkan dompetnya dan trus mengambil selembar kartu nama, “Ini kartu nama saya. Di sini saya bekertja. Kalau ada kerusakan lagi, Tina boleh telepon ke sini. Kalau  atas nama tempat saya bekerja, mungkin nanti Tina akan membayar. Yang sekali ini benar-benar atas nama saya. Telepon saja bila ada perlu. Salah satu teman kerja saya akan menemui dimanapun Tina mendapat masalah dengan mobilnya, tapi semoga saja mobil Tina tidak akan rusak lagi”.

Di saaat heran begini, Tina bertanya, “Memang Abdul bekerja di bengkel ini?”  Tina seraya menunjuk nama perusahaan yang tertera di kartu nama yang baru saja ia terima.

“Ya. Saya baru bekerja di sana. Baru saja tiga bulan. Lain waktu kita bisa mengobrol. Barangkali Tina sedang buru-buru. Oh, ya. Boleh saya tahu nomor ponsel Tina?’.

“Tentu’. Tina terus mengambil ponselnya dari dalam tasnya dan mengatakan satu persatu nomor ponsenya hinga lengkap, begitu juga dengan Abdul.

Setelah semuanya selesai, Christinapun pamitan dan segera meninggalkan tempat mobilnya saat rusak tadi. Abdullah menatdap mobil Christina yang perlahan melaju dan menghilang di persimpangan jalan. Pertemuan yang singkat itu telah berlalu. Pertemuan yang sempat membuat Abdul tidak menerima bayaran dari seorang Gadis yang dia betulkan mobilnya. Abdullah memandang kepergian gadis itu hingga lenyap dari pandangannya. Dia baru melangkahkan kakinya setelah mobil Tina tak ada dalam pandangannya lagi.

 Lanjutannya akan saya umumkan dimana letak situsnya. Ceruta ini akan saya terbitkan menjadi sebuah novel berjudul Cinta Christina dan Abdullah.
Bila anda ingin mengetahui informasi karangan suami saya berjudul 40 Hari Di Tanah Suci, kliklah di judul buku diatas

 
Today, there have been 3 visitors (4 hits) on this page!

GAMBAR SUAMI SAYA
This website was created for free with Own-Free-Website.com. Would you also like to have your own website?
Sign up for free